RSS

Sistem kadang berjalan apa adanya, kita tak pernah terpikir untuk mengubahnya. Sistem adalah sesuatu yang membantu, pembantu yang berkuasa. Dunia adalah sistem itu. Sejenak berpikir kritis, dunia yang kelam perlahan beranjak estetis.

Punggungmu Itu Terlalu Berharga

© @fbi_1412
Saat itu sore hari setelah Ashar. Dalam perjalanan pulang, aku melihat dua perempuan berkerudung rapi berjalan kira-kira 10 meter di depanku. Warna kerudung mereka yang ngejreng tak luput dari perhatianku. Namun yang lebih menarik perhatianku adalah tas jinjing yang mereka bawa. Bukan karena tas mereka bermerek terkenal, bukan juga karena mereka dengan lincahnya (mungkin sedikit genit) memainkan tas mereka, tapi karena fenomena mahasiswi yang kuliah menggunakan tas jinjing sudah menjadi konsumsi umum. Renungan singkatku saat itu kini dapat kurangkum secara sederhana.

Mahasiswa sejak dulu terkenal dengan tentengan buku-buku tebal bak bantal batu. Atau juga terkenal dengan intelektualnya yang didapat dari setumpuk catatan dalam tasnya. Mungkin itu pandangan untuk beberapa tahun yang lalu sebelum era teknologi dan internet menyerang. Kini, ensiklopedi 1000 halaman sudah dapat dibaca dengan hanya modal tablet. Kapasitas penyimpanannya pun tak perlu rak besar dan kokoh. Cukup space kosong kira-kira 100 MB pun sudah cukup. Begitu juga catatan kuliah, sudah bisa dibawa pulang dengan flashdisk 1 GB. Ya, teknologi membuat kita lebih minimalis.

Bawaan yang sedikit (minimalis) mungkin menjadi penyebab banyak mahasiswa dan mahasiswi memakai tas jinjing atau selempang untuk kuliah. Dalam bahasan kali ini, akan lebih menitikberatkan pada mahasiswi. Kata mereka, biar simple dan stylish gitu. Maka jangan heran jika penampilan mereka justru terlihat seperti akan pergi ke mall daripada kuliah.

Punggungmu itu terlalu berharga, hei mahasiswi, hei perempuan. Aku kasihan dengan punggung kalian jika suatu saat mengalami nyeri. Aku kasihan jika suatu saat kalian terkena skoliosis[1]. Membawa beban di lengan juga dapat menyebabkan tendinitis[2] jika dilakukan dalam waktu lama. Namun hal ini dapat dihambat dengan memindahkan beban ke lengan kanan atau kiri secara bergantian. Ini akan mengurangi efek yang dihasilkan karena membagi beban ke lengan sama rata.

Punggungmu itu terlalu berharga, hei mahasiswi, hei perempuan. Mungkin hanya persepsi pribadi, namun perempuan yang memakai tas punggung atau ransel akan terlihat lebih pintar dan cantik di mata. Mereka akan terlihat seperti mahasiswi beneran saat kuliah. Buku, catatan, dan alat tulis mereka cermin akan usaha kerasnya mencari ilmu demi masa depannya kelak. Namun bagi mahasiswi beransel, jangan siksa punggungmu dengan buku-buku terlalu tebal atau bawaan berlimpah ruah. Bawa beban seperlunya dengan ranselmu, jaga punggungmu untuk menopang pendampingmu kelak.

Punggungmu itu terlalu berharga, hei mahasiswi, hei perempuan. Berdasar sebuah penelitian, pria lebih mudah terangsang daripada wanita[3]. Ini ilmu, silakan kalau mau menganggap aku mesum atau sejenisnya. Tapi sekali lagi, jangan menggunakan anggapan dalam ranah keilmuan. Ini bisa menjadi sebuah alasan mengapa perempuan harus menjaga cara berbusananya juga lakunya. Pria cenderung lebih sensitif secara visual. Apakah punggungmu, hei perempuan, rela untuk dipandangi para pria? Terlebih dengan aroma parfummu yang dari jarak 10 meter saja aku dapat menciumnya. Coba hiasi punggungmu dengan ransel, minimal itu dapat menahan pandangan para pria akan setiap jengkal punggungmu.

Sebuah kelancangan jika aku ingin mengubah pribadi orang lain. Tapi bukan sebuah kelancangan jika itu adalah pandangan tentang fenomena sehari-hari. Hei mahasiswi, hei perempuan, punggungmu itu terlalu berharga. Terlalu berharga jika tak dijaga untuk kepentingan masa depanmu, penopang pendampingmu, juga tempat bermanja buah hatimu kelak. Tak selamanya bidadari itu bersayap, ada juga yang beransel.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment