RSS

Sistem kadang berjalan apa adanya, kita tak pernah terpikir untuk mengubahnya. Sistem adalah sesuatu yang membantu, pembantu yang berkuasa. Dunia adalah sistem itu. Sejenak berpikir kritis, dunia yang kelam perlahan beranjak estetis.

Ring Ring Love, I Hear You

                Seperti angin yang berdesir di saat sepi, atau seperti guntur yang menggedor riuh sore. Suara yang terdengar menandakan mereka ada. Aku tahu tentang sesuatu dari kata orang. Aku mulai tahu eksistensi sesuatu dari kabar di sekitarku. Mulai dari telingaku.
                 Dari mana aku mulai mengenal cinta? Mulai dari suara. Aku mulai mengenalnya dari suara dan cerita. Hal sederhana yang aku dengar munculkan rasa tertentu di sendi-sendi hidupku. Ketika derap masa kecilku mulai terasa, perlahan aku mendengar eksistensi cinta. Perlahan, dering-dering itu terdengar.
                Kata mereka cinta itu indah. Kata mereka cinta itu penuh warna. Kata mereka cinta itu semangat. Kata mereka cinta itu mewah. Kata mereka cinta itu bahan bakar kehidupan. Kata mereka, kata mereka, kata mereka aku dengar.
                Saat beberapa suara mulai kudengar, aku mulai mencintai kedua pahlawanku, ayah dan ibu. Mereka yang tulus mengajarkan cinta, dari cinta diri sendiri hingga cinta kepada kehidupan. Cinta yang mereka beri melalui ucapan cinta mereka, lewat dongeng sebelum tidur, serta alunan simfoni nina bobok penuh sihir.
                Teringat masa kecilku penuh ambisi, ambisi menjadi yang terbaik juga ambisi menjadi yang terdepan. Nakal, setidaknya itu yang aku pikirkan tentang masa kecilku dulu. Ayah berjanji memberi hadiah jika aku juara kelas, dan aku mendapatkan juara itu. Namun aku tak tahu, lebih tepatnya tak mau tahu, saat itu ayah belum punya uang untuk membelikanku hadiah. Aku menangis, aku mengamuk, aku melempar barang yang aku pegang. Ayah dengan senyumnya hanya berkata, “Sabar ya, besok hadiahnya datang”. Aku yang belum paham akan cinta hanya menganggapnya kata-kata penghibur belaka. Kini, saat aku mengerti suara cinta, kata-kata ayah sangat penuh dengan cinta dan kesabaran.
                Ambisi menjadi terdepan yang dulu sering bawaku terjatuh. Sore hari yang terkadang aku isi dengan balapan sepeda. Tak hanya jatuh karena terpeleset, jempol kaki yang terjepit ruji roda juga jari tangan yang terjepit rantai pernah aku alami. Tangan, siku, lengan, kaki, hingga lutut penuh dengan bekas luka masa kecil. Namun ibu dengan kata-kata cinta penuh sihirnya selalu berkata, “Kali lain hati-hati ya”. Ucapan sederhana disertai sentuhan lembut tangannya.
                Dewasa mulai bawaku mendengar cinta lebih banyak. Dering-dering yang sayup aku dengar di sekitarku. Mereka bersahutan, mereka saling berinteraksi. Seperti induk kucing yang mengeong memanggil anaknya yang hobinya main. Perlahan waktu memaksaku mempertajam daya dengarku. Dering itu masih jauh di sana, masih terbawa sosok yang masih samar. Pelan waktu berubah deras, cinta itu kuyakin segera terdengar jelas.
                 Banyak orang berkata hidup ini penuh dengan keseimbangan. Keseimbangan yang bawa cinta hadir. Siang yang berkejaran dengan malam, putih yang kadang bermusuhan dengan hitam, serta kemarau yang sering terhapus hujan. Aku dengar perempuan adalah potongan tulang rusuk dari laki-laki yang menjadi jodohnya. Aku dengar itu adalah keseimbangan juga.
                   Aku mulai mengenal cinta dari suara. Cinta yang hakiki, cinta yang murni bagi seluruh alam, cinta dari Tuhan kepada umatnya. Cinta yang aku dengar lewat suara pelantun kalimat-kalimat Tuhan. Cinta yang bawaku semakin dekat kepada dering-dering cinta kehidupan. Dari suara aku mengenal cinta, dari suara aku mengerti cinta. Cinta kepada-Mu, hidup, dan duniaku selanjutnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment